Mantan
pejuang Aceh Merdeka (AM) yang terlibat konflik Aceh sejak tahun 1976 merupakan
tetua bagi pergerakan pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) bahkan PA berikutnya,
yakni tetua dari gerakan yang menandatangi perjanjian damai MoU Helsinky pada
15 Agustus 2005 silam.
Namun
keberadaan para tokoh pejuang era AM ini merasa dikucilkan dan tidak mendapatkan
perhatian dari pemerintah aceh sekarang. Menyesaikan masalah Aceh tentunya para
tetua ini meyakini berhak diikut sertakan.
Kini, mereka yang pernah berjuang untuk aceh
mengaku kecewa atas pemerintah aceh yang sampai sekarang belum membuktikan apa-apa
demi kesejahteraan rakyatnya. “Pemerintahan sendiri sekarang belum merakyat,
sejauh ini mereka kurang memperhatikan kehidupan rakyatnya,” tutur dua mantan pejuang
AM, Yusuf Daud (62) dan A Taleb AR (55) warga Aceh Utara, Minggu (10/8) saat
meneguk secangkir kopi bersama Razali Yusuf selaku ketua lembaga Acheh Future.
Ia
mengaku melalui Acheh Future ingin menyampaikan keluh kesah mereka yang merupakan
bagian kecil masyarakat Aceh untuk di dengar oleh pemerintah. Menurut mereka
kesejahteraan di Aceh hanya dialami oleh segentir orang dari suatu kelompok
tertentu yang menangani masalah royek, toh royek yang bersangkutan dikuasai
oleh kelompok tertentu dari tingkat propinsi hingga ke pelosok desa atau Sagoe
(Distrik).
“Proyek
hanya mengalir diantara preman proyek ureueng
nanggroe, sementara rakyat tidak ada bentuk kesejahteraan apa-apapun. Oleh
sebab itu pemerintah Aceh belum merakyat seperti yang sering dijanji-janjikan,”
cetus Yusuf Daud.
“Biarpun
orang PA (Partai Aceh-red) mengisi kursi-kursi kepala pemerintahan dan wakil
rakyat, malah kondisi masyarakat lebih parah dari pada yang pernah di isi oleh
orang-orang yang non PA,” lanjutnya diamini A Taleb.
Ia
juga mencontohkan penyaluran suatu bantuan tertentu kepada masyarakat harus
melewati para preman-preman proyek, dengan demikian lanjut Yusuf Daud bantuan
yang bergulir terkikis dan hanya tersalurkan sedikit dari pada jatah yang harus
diterima. “Jikapun ada proyek yang nilainya katakana lima, paling-paling yang
tersisa buat masyarakat 3 atau 2,” tukasnya lagi.
Saat
ini menurut dua mantan pejuang ini mengatakan kesejahteraan dibidang ekonomi
sangat dibutuhkan dari pemerintah, alasan mereka kondisi ekonomi rakyat saat
begitu pelik dan rumit. “Kondisi ekonomi rakyat sedang hancur-hancurnya, kita
berhara pemerintah perlu membenahinya. Karena hancurnya ekonomi maka hancur pula
kehidupan masyarakat,” tutup A Taleb seraya berhara pemerintah, kedepan ini
lebih memperhatikan rakyat dibidang pertumbuhan ekonomi.
Beritalima.com
0 comments :
Post a Comment
Kebebasan yang kami berikan adalah komentar pengunjung tidak terbatas, selagi menghormati SARA. kesan dan saran sangat kami butuhkan, karena melalui media blogspot ini, pengguna bermaksud ingin memberikan apa-pun informasi yang harus diketahui publik. atas kunjungannya, pengguna ucapkan terima kasih....